Menjejal Celah Cadas Sawapudo Konawe

TEBING ALAM DESA SAWAPUDO
KEC. SOROPIA, KAB. KONAWE
PROV. SULTRA 


  
KONAWE, Desa Sawapudo terletak di Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe. Letaknya berada di sebelah timur Kabupaten Konawe dan berbatasan langsung dengan laut lepas. Desa Sawapudo dan terletak di pesisir dan merupakan satu dari tiga kecamatan di Kabupaten Konawe yang berbatasan dengan perairan. Sebagai salah satu wilayah Kab. Konawe yang berbatasan dengan lautan, potensi perikanan menjadi andalan di Desa Sawapudo pada khususnya dan Kec. Soropia pada umumnya. Sektor perikanan dan perkebunan menjadi kekuatan utama perekonomian masyarakat. Ini terlihat dari aktifitas masyarakat pesisir yang menggantungkan hidupnya dari hasil laut. Selain itu di wilayah perbukitan, beberapa lahan perkebunan dikelola oleh masyarakat meskipun hasilnya hanya sekedar untuk konsumsi harian saja.
Akses transportasi ke Desa Sawapudo, tidak begitu sulit. Hanya membutuhkan 30 Menit berkendara dari Kota Kendari dengan menyusuri jalan aspal mulus dengan pemandangan wilayah pesisir Kecamatan Soropia. Perjalanan ke Desa Sawapudo bisa ditempuh dari dua arah yakni melalui arah timur dengan menyusuri pesisir selatan Kec. Soropia dan arah utara dengan melalui pesisir utara Kec. Lalonggasumeeto. Kedua jalur jarak tempuhnya hampir sama. Pemandangannya pun tidak jauh berbeda antara kedua. Jalur yang dilalui tetap menyusuri perkampungan di pesisir pantai.
Desa Sawopudo
Kantor Desa Sawapudo

Akses transportasi dengan melalui jalur Kec. Soropia, jika menumpang kendaraan umum yaitu dimulai dari Terminal Pasar Kota. Terdapat beberapa kendaraan mikrolet yang akan mengantarkan anda ke wilayah Kec. Soropia. Para penumpang harus sedikit bersabar karena, kendaraan akan bergerak saat seluruh tempat duduk sudah terisi penumpang. Ongkosnya cukup murah, hanya Rp. 10 ribu saja, anda akan siap mengelilingi kawasan pesisir tenggara Kab. Konawe.
Kantor Perangkat Desa Sawapudo
Baik menaiki kendaraan umum atau kendaran pribadi, Beberapa Spot-Spot menarik anda akan lewati disepanjang jalan menuju Desa Sawapudo. Dimulai dengan kompleks perkampungan Bajo yang berada dipesisir selatan Kec. Soropia. Perkampungan Bajo ini terbagi dalam 7 Desa dengan jumlah penduduk mencapai 5 Ribu Jiwa. Di depan perkampungan Bajo terdapat sebuah Pulau Kecil yang namanya sudah dikenal dan menjadi objek wisata andalan di Sulawesi Tenggara. Pulau itu bernama Bokori.
Desa Sawapudo, Kec. Soropia
Dari perkampungan Bajo, perjalanan diteruskan menyusuri jalan aspal mulus. Perjalanan masih melintasi wilayah pesisir pantai yang terdapat banyak perkampungan. Spot selanjutnya yang akan dilewati adalah Pantai Toronipa. Untuk melihat lokasi pantainya, anda harus keluar dari jalur utama menuju Desa Sawapudo dengan mengambil jalur lurus kea rah pintu gerbang Pantai Toronipa. Setelah lepas dari Pantai Toronipa, sekitar 20 Menit sampailah anda di Desa Sawapudo.
Demikian pula jika anda melewati jalur utara. Bagi yang menumpang kendaraan umum, akses transportasinya dimulai dari Mal pasar basah mandonga. Terdapat beberapa mikrolet yang parkir di pinggir jalan samping Mal dengan tujuan Kec. Lalonggasummeto. Kendaraan pun akan mulai bergerak saat mobil sudah terisi penuh penumpang. Didalam kendaraan mungkin anda akan sedikit tidak nyaman karena sebagian besar penumpang adalah pedagang ikan asap. Dalam mobil akan dipenuhi keranjang dan dos ikan. Meskipun isinya sudah kosong namun aromanya masih akan tercium sepanjang perjalanan.

 Lokasi Tebing Desa Sawapudo

Perjalanan dilalui dengan melewati tanjakan demi tanjakan sampai melewati perbatasan Kab. Konawe. Saat perjalanan sudah mulai menurun, itu berarti daerah pinggir pantai sudah dekat. Saat sampai di simpangan Kec. Lalonggasumeeto terdapat dua jalur. Belok kiri merupakan jalan menuju permandian Pantai Batu Gong dan juga jalur ke Kec. Kapoiala, sementara jalur sebelah kanan merupakan jalan menuju Desa Sawapudo.

Jalur beraspal mulus akan dilalui saat menyisir jalur utara Kec. Lalonggasumeeto. Lautan lepas menjadi pemandangan sepanjang jalan. Sepanjang pantai penuh dengan mangrove dan perahu-perahu kecil. Perjalanan akan melewati sebuah kompleks pembangkit tenaga listrik milik PLN di Desa Nii Tanasa. Saat berada di Desa Wawobungi terdapat sebuah kompleks resort yang di bangun oleh investor dari Amerika. Tempat ini menyediakan cottage dan villa untuk berisitrahat. Terdapat juga jasa speedboat yang akan mengantarkan anda ke Pulau Bokori dan Pulau Labengki.

Banyak objek wisata yang akan dilalui sepenajang jalan. Selain kompleks resort terdapat juga sebuah objek wisata permandian air terjun bernama Cek Dum. Permandian ini dulunya terdapat villa yang merupakan tempat bersitirahat Gubernur saat itu yakni H. Laode Kaimuddin. Dahulunya kompleks ini sangat terawat baik, namun kondisi sekarang berubah drastic. Bentuk alami tempat ini masih terjaga namun sudah tidak pernah dikunjungi. Kawasan ini sudah tidak terkelola sejak belasan tahun yang lalu.

Ada beberapa desa yang harus dilewati sebelum sampai di desa tujuan, yaitu Desa Soropia dan Desa Waworaha. Saat memasuki Desa waworaha, pemandangan teluk waworaha akan terihat dari ujung jalan tanjakan. Setelah 5 menit kemudian, sampailah anda di Desa Sawapudo.
Pesisir Desa Sawapudo

Disepanjang bibir pantai terhampar puluhan hektar tanaman mangrove. Bakau atau Mangrove menutupi hampir 90 % pesisir pantai Desa Sawapudo. Tipe pantai di Desa Sawapudo bukan pantai pasir tetapi pantai berlumpur. Meskipun demikian pesisir Desa Sawapudo menyimpan potensi perikanan yang melimpah.

Wilayah pantai Desa Sawapudo hampir seluruhnya ditutupi tanaman mangrove. Tanaman yang berfungsi sangat banyak dalam menjaga keseimbangan wilayah pesisir. Selain mencegah terjadinya abrasi, keberadaan tanaman mangrove ini juga menjadi rumah bagi ratusan jenis hewan laut yang dapat dikonsumsi seperti ikan, kepiting, udang, kerangdan berbagai jenis kerang yang semuanya memiliki nilai protein yang tinggi.
Perahu Nelayan Desa Sawapudo

Beberapa perahu nelayan dan sampan terlihat parkir di kawasan dermaga Desa Sawapudo. Kebanyakan masyarakat mulai bergerak ke laut saat siang hari dan kembali sebelum matahari terbenam. Saat menjelang petang puluhan sampan dan perahu mulai berdatangan dari lautan kemudian berlabuh di dermaga. Saat itu pula puluhan pembeli sudah menunggu. Harga hasil tangkapan ini cukup murah, sehingga pembeli tidak tanggung-tanggung memborong dalam jumlah banyak. Biasanya dalam waktu yang tidak lama semua hasil tangkapan sudah terjual habis.

Pertumbuhan Desa Sawapudo bergerak mengikuti aktifitas msyarakat. Kehidupan masyarakatnya terbilang cukup dalam memenuhi kebutuhan. Sektor perikanan tentunya menjadi sandaran utama kehidupan masyarakat desa ini meskipun tidak dalam jumlah yang besar. Hasil tangkapan hanya cukup untuk dikonsumsi dan selebihnya dijual seadanya.
Rumah-Rumah Suku Bajo di Pesisir Desa Sawapudo
Seperti halnya kawasan pesisir di Indonesia yang terdapat warga Suku Bajo, model rumah-rumah warga di Desa Sawapudo berbatasan langsung dengan pinggir laut, bahkan setengah atau seluruh rumahnya berada diatas air. Sudah menjadi ciri khas perkampungan bajo dimana posisi rumah tidak berpijak diatas tanah. Meskipun tidak mendominasi komposisi masyarakat di Desa Sawapudo, keberadaan Warga Bajo cukup memberi pengaruh bagi kehidupan ekonomi masyarakat setempat. Bersama-sama masyarakat lain yang lebih dominan seperti Tolaki, Bugis, mereka bahu-membahu bekerjasama, membangun toleransi dalam hidup bermasyarakat.
Tebing Sawapudo
Kec. Soropia
Terlepas dari kondisi sosial masyarakat, Desa Sawapudo menyimpan sebuah kekayaan alam yang menjadi daya tarik oleh seluruh petualang dari berbagai penjuru daerah. Terdapat sebuah tebing yang menjulang tinggi tidak jauh dari pesisir pantai bakau. Lokasinya hanya berjarak sekitar 70 Meter dari ujung pemukiman warga. Meskipun bukan daerah tujuan wisata, tapi dipastikan puluhan orang akan berkunjung di tempat ini setiap minggunya.
Tebing Sawapudo, Kec. Soropia

Dengan tinggi sekitar 65 Meter dan lebar bentangan 20 Meter, tebing ini telah mampu menghipnotis para petualang untuk menjamahnya. Karena letaknya yang sangat dekat dengan pemukiman warga menjadikan tebing ini selalu ramai oleh pengunjung baik yang ingin menguji adrenalin ataupun hanya menghabiskan malam di pelataran depan tebing. Antusiasme para penggiat alam terbuka tidak pernah surut untuk berkunjung dan mencoba menaklukkan tebing Sawapudo dari berbagai arah.
Aktifitas Pemanjatan Tebing Sawapudo

Lokasinya yang dekat dengan pemukiman serta terdapat area untuk mendirikan tenda menjadikan lokasi ini sebagai tujuan favorit untuk berakhir pekan. Meskipun terletak di Kabupaten Konawe, namun lokasi Tebing Sawapudo hanya berjarak 30 Menit berkendara dari Kota Kendari sehingga sangat memudahkan akses dan waktu tempuh bagi pengunjung dari Kota Kendari. Biasanya saat musim liburan sekolah dan liburan kuliah atau moment-moment tertentu, tempat ini dipenuhi puluhan tenda dan kendaraan bermotor.
Rapeling di Tebing Sawapudo
Tujuan utama berkunjung ke tempat ini adalah untuk melalukan aktiftas panjat tebing. Sehingga pengunjung tebing ini didominasi oleh penggiat alam terbuka yang memiliki peralatan dan perlengkapan memanjat tebing.
Rapeling di Tebing Sawapudo

Tebing Sawapudo menjadi alternatif pilihan pertama para pemanjat tebing untuk menguji kebolehan. Ini karena lokasinya yang dekat dari Kota Kendari. Selain itu mereka akan leluasa bergerak dan melakukan aktiftas lain karena lokasi yang luas dan rata.
Pembuatan Jalur Pemanjatan di Tebing Sawapudo
Nama populernya Rock Climbing atau disingkat RC. Aktiftas yang membutuhkan media tebing batu atau dinding panjat (Wall). Para pemanjat harus mempersiapkan peralatan dan perlengkapan pendukung lainnya untuk dapat menaklukkan tingginya Tebing Sawapudo. Persiapan Fisik, mental dan daya tahan penting diperhatikan para pemanjat saat akan beraksi menjajal celah-celah batuan tebing.
Pembuatan Jalur Pemanjatan di Tebing Sawapudo
Sudah ratusan orang yang berusaha mencapai puncak tebing ini. Sebagian besar mereka berhasil mencapainya. Banyak teknik yang digunakan untuk melewati rintangan saat memanjat. Semuanya tergantung dari pengalaman, skill dan kesiapan fisik.
Pembuatan Jalur Pemanjatan di Tebing Sawapudo
Tebing Sawapudo ini merupakan salah satu aset petualangan yang terus dijaga dan dipelihara oleh Masyarakat Desa terutama para penggiat alam terbuka di seluruh Sulawesi Tenggara. Pemerintah Desa setempat bersama-sama komunitas-komunitas pencinta alam di Sulawesi Tenggara terus berupaya melakukan pemeliharaan dan mencegah aktifitas yang akan merusak lingkungan sekitar tebing. Masyarakat Desa Sawapudo cukup merasakan manfaat dengan kehadiran pengunjung yang setiap minggunya hadir di tempat ini. Hampir semua pengunjung berbelanja di kios dan warung warga juga membeli hasil tangkapan nelayan. Kondisi demikian menjadikan kegiatan ekonomi masyarakat cukup terbantu.
Pemanjatan di Tebing Sawapudo

Dipastikan semua orang yang mengaku pencinta alam sudah menapakkan kaki ditempat ini, dari dulu sejak ditemukannya pertama kali tempat ini sampai sekarang tidak bosan-bosannya para pemanjat dan penikmat alam menghabiskan akhir pekan di kawasan tebing ini. Saat siang hari mereka sibuk beraktiftas dengan peralatan memanjat baik itu, tali carmantel, webbing, harness, carrabiner, figure of eight, dll. Ada juga yang sibuk dengan urusan konsumsi dengan menyediakan sarapan dan makan siang teman-teman yang berktifitas.

Saat malam tiba, aktifitas pun berubah. Puluhan gelas-gelas kopi sudah disajikan. Api unggun sudah menerangi pelataran tebing. Sambil menunggu sajian makan malam, sudah terdengar senda gurau dimasing-masing tenda. Suasana yang menambah kehangatan di malam yang cukup dingin oleh hembusan angin laut.
Aktifitas pemanjat di depan Tebing Sawapudo
Tepat di depan tebing merupakan areal yang luas. Ditempat inilah puluhan tenda didirikan. Lokasinya cukup rata dengan medan campuran pasir laut dan tanah. Meskipun rata, namun dipermukaannya terdapat puluhan lubang-lubang yang merupakan sarang kepiting bakau. Oleh teman-teman kepiting ini dinamakan “Darbos”. Para pengunjung mesti berhati-hati dengan Darbos ini, karena mereka sering mengendap-ngendap perlahan dan membawa lari kedalam lubang sarang barang-barang milik pengunjung. Tercatat sudah banyak kehilangan yang dialami oleh pengunjung akibat perbuatan darbos. Sangat sulit melacak kemana perginya Darbos ketika sudah masuk ke lubang, karena didalam tanah puluhan lubang saling terhubung, sehingga mustahil untuk menemukannya kembali. Sungguh suatu kerugian yang tidak bisa di kasuskan di kepolisian..!!

Ketika akhir pekan tiba, biasanya saat hari jumad sore, satu per satu pengunjung mulai berdatangan. Biasanya mereka berombongan menaiki motor dan belakangan sudah menggunakan mobil. Mereka datang dengan tujuan untuk menghabiskan akhir pekan selama 2 malam. Pengunjung di tempat ini didominasi oleh petualang yang ingin kembali mencoba jalur pemanjatan di tebing Sawapudo. Oleh karena itu mereka datang dengan perlengkapan memanjat yang sudah disiapkan sebelumnya. Selain itu perlengkapan lain seperti tenda, peralatan masak serta logistic sudah dibawa serta. Tentunya 2 malam kedepan akan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi mereka saat menghirup udara bebas di pesisir Desa Sawapudo ini.

Di Kompleks tebing Sawapudo terdapat deretan tebing-tebing yang menjulang tinggi. Tidak jauh dari tebing utama terdapat juga tebing yang tingginya sekitar 45 Meter, namun masih minim animo pemanjat untuk mencoba jalurnya. Di belakang tebing utama, kita masih akan menjumpai deretan tebing-tebing yang tingginya sekitar 10 Meter. Kompleks batu-batu raksasa ini diperkirakan hampir 0,5 Ha luasnya.

Jika dilihat dari dasar tebing dan area pelataran, dahulunya tempat ini merupakan bibir pantai. Ini terlihat dari model dasar tebing yang agak menjorok kedalam. Bentuknya yang seperti itu, bisa diasumsikan terjadi karena hempasan ombak laut yang perlahan mengikis dasar tebing. Dan proses tersebut terjadi selama ratusan tahun.
Tebing Sawapudo dari atas

Jenis batu di tebing Sawapudo adalah batuan karang. Strukturnya keras, padat dan kokoh sehingga layak untuk dijadikan media pemanjatan. Di banyak tempat di daerah Sulawesi Tenggara memang banyak ditemuka tebing-tebing yang tinggi namun karena jenis batuanya berkerak maka akan sangat beresiko jika pemanjat beraktifitas di permukaannya.

Tebing Sawapudo dari atas

Saat sampai di puncak tebing, rasa puas tentu terlihat dari benak pemanjat. Tidak sia-sia perjuangan mereka menggenggam dan berpijak dicelah-celah sempit pemukaan tebing. Sesekali tak sengaja tangan atau kaki bertumpu tepat di sarang agas (sejenis seranggan). Saat itu pula mereka menyengat bagian tubuh pemanjat yang menimbulkan bentol-bentol di leher. Tapi dengan konsentrasi yang penuh, semuanya bisa dilewati dengan tenang dan perhitungan yang matang.
Pengenalan Peralatan Panjat Tebing oleh Instruktur

Para pemanjat pemula mesti banyak memperhatikan petunjuk dan arahan dari instruktur. Memanjat tebing bukan hanya mengandalkan kekuatan saja. Jenis olahraga ini berbeda dengan aktiftas olah tubuh lainnya. Banyak ilmu-ilmu dasar yang perlu dipahamai sebelumnya. Sudah banyak pemanjat yang mengalami cedera ringan dan berat saat tidak memperhatikan hal-hal mendasar saat tengah melakukan pemanjatan. Pengenalan jenis peralatan dan kegunaannya, tehnik-tehnik pijakan dan pegangan, trik dan maneuver saat tengah memanjat dan hal-hal lain menjadi catatan awal saat akan melakukan kegiatan Rock Climbing.
Menelusur Goa Sawapudo
dengan Teknik Potling
Spot lain yang juga menjadi tujuan pengunjung di Desa Sawapudo adalah sebuah Goa. Letaknya tidak jauh dari Tebing, sekitar 100 Meter menanjak kearah utara. Biasanya setelah aktifitas memanjat tebing, hari berikutnya dilanjutkan dengan penelusuran goa. Peralatan yang digunakan pun hampir sama dengan yang digunakan saat memanjat tebing. Bentuk goa ini yaitu vertical sehingga untuk memasukinya harus menggunakan teknik. Dalam ilmu speleologi (Ilmu Goa) teknik menuruni goa vertical disebut potling.

Goa ini berbentuk sumur dengan beberapa tingkatan. Untuk mencapai tingkatan pertama penelusur harus melakukan potling dengan kedalaman sekitar 10 Meter. Setelah itu dilakukan penelusuran biasa untuk menuju tingkatan kedua. Penelusuran dilakukan dengan merayap, jongkok dan tunduk. Para penelusur harus berhati-hati saat melakukannya, jangan sampai bagian kepala mengenai permukaan lorong goa. Itu bisa menyebabkan rusaknya ornamen goa dan untuk penelusur yaitu cedera di kepala.
Berada dalam Aula Goa Sawapudo
Setelah tingkatan kedua, penelusur akan sampai di zona gelap, dimana tidak satupun sesuatu yang terlihat. Oleh karena itu, alat penerangan baik itu senter, headlamp ataupun lilin harus dibawa serta. Saat berada di tempat ini, suasananya berubah menjadi dingin dan lembab. Hal itu disebabkan tidak ada sinar matahari atau cahaya yang pernah menembus ruangan ini.

Pada dasar goa, akan ditemukan subuah tempat yang luas menyerupai aula. Tempat ini penelusur akan lebih leluasa bergerak. Puluhan orang dapat tertampung di ruangan yang luas ini. Tapi tidak dibenarkan untuk melakukan aktifitas berlebihan seperti berteriak, berbicara keras karena akan meyebabkan pantulan suara yang menggangu ketenagan hewan-hewan dalam goa. Merokok dan aktiftas masak-memasak sangat tidak diperbolehkan dilakukan di dalam Goa. Asap yang ditimbulkan dapat merusak ekosistem dan ornament dalam goa.
Rapeling dalam Goa Sawapudo
Banyak tantangan yang bisa dijumpai di dalam Goa Sawapudo ini, selain potling dan merayap, terdapat jalur yang dharus dilewati dengan melakukan rapeling. Tentunya kesiapan fisik dan mental sekali lagi akan teruji. Melakukan rapeling di tempat gelap bukan hal yang mudah. Peralatan dan perlengkapan harus benar-benar terpasang dengan sempurna untuk memuluskan penelusuran.
Dermaga Desa Sawapudo

Di depan jalan masuk ke lokasi tebing, terdapat sebuah dermaga kecil yang menjorok kelautan. Dermaga inilah yang menjadi sandaran bagi perahu dan sampan nelayan saat kembali dari lautan. Untuk para pengunjung dari kalangan pencinta alam, dermaga ini menjadi saksi bisu yang banyak menyimpan catatan dan kenangan bagi muda-mudi yang telah mengikat janji sebagai pasangan kekasih.
Aktiftas Memancing di Dermaga Sawapudo

Bagi para pengunjung yang tidak hobi memanjat, Dermaga ini menjadi alternatif melepaskan kepenatan saat jenuh berada di sekitar kawasan tebing yang memang cukup panas saat siang hari. Mereka lebih memilih duduk seharian dengan tangkai pancing di tangan sambil menunggu ikan-ikan yang bernasib sial. Sambil bersenda gurau dan menikmati beberapa batang rokok, mereka rela menanti kalau-kalau ada ikan yang tersangkut di mata pancing. Hanya saat makan siang saja mereka kembali ke tenda, selanjutnya, kembali ke posisi semula. Bukan hanya siang hari, saat malam pun mata kail tetap mencari sasaran, bahkan beberapa tenda mulai berpindah dari pelataran ke atas dermaga. Sepertinya malam ini dermaga tak boleh tidur. Beberapa bungkus rokok dan sedikit tegukan akan menemani malam yang panjang ini.
Aktiftas Memancing di Dermaga Sawapudo
Yang namannya hobi, memang tidak melihat untung rugi. Padahal kalau hanya butuh ikan, kenapa tidak ke pasar saja. Disana cukup membawa uang, anda akan memboyong ikan-ikan pilihan yang berkualitas. Tidak perlu duduk seharian ditepi lautan dengan penuh harap. Tapi, dengan penuh kesabaran sesekali beberapa ekor ikan pun berhasil terkait. Meskipun ukurannya tidak besar, tetapi rasa puas terpancar dari benak mereka. Tidak sia-sia seharian bergumul dengan hawa laut yang cukup menyengat.

Sesungguhnya memancing bukan tujuan utama berada disini. Ini bisa juga disebut terapi alam. Perasaan akan lebih tenang dan damai saat melihat birunya lautan, riak-riak ombak, hutan mangrove dengan burung bangau disekelilingya dan masih banyak lagi suasana pesisir yang memberikan keteduhan jiwa.
Tebing Desa Sawapudo, Kec. Soropia, Kab. Konawe
Perjalanan ke Tebing dan Goa Sawapudo cukup memberikan kita wawasan baru. Tentu banyak pengalaman yang akan anda dapatkan setelah berkunjung di tempat ini. Bagi anda penggemar traveling, tidak ada salahnya berkunjung dan menyempatkan diri untuk menginap. Bukan hanya tujuan memanjat saja orang-orang dating kesini. Banyak sisi-sisi lain yang akan menginpirasi anda saat melihat realitas kehidupan masyarakat di sepenjang perjalanan dan di Desa Sawapudo.

Tempat ini seakan menjadi Villa bagi kalangan pencinta alam. Menghabiskan akhir pekan ditempat yang bisa menenangkan perasaan. Berkumpul dan bercanda dengan teman-teman dan melupakan sejenak rutinitas di Kota. Sejak dulu sampai sekarang tempat ini menyimpan memori yang tidak terlupakan. Saat masih bujang sampai kini sudah punya anak, daya tarik untuk kembali bertandang tidak akan hilang.

Tebing ini merupakan titipan sang pencipta untuk dijaga, dipelihara dan dimanfaatkan. Masih ada puluhan generasi kedepan yang juga siap hadir pada saatnya. Kebanggaan selalu tersemat dijiwa kami akan kemegahan tebing ini. Semoga tulisan ini dapat memberikan kita pengetahuan akan kekayaan alam Sulawesi Tenggara yang menjadi anugerah Allah SWT.
Salam Lestari..!!!

Penulis : Muhammad Dagri Nizar

1 comment:

  1. apakah ada kontak PIC di Kantor Desa Sawapudo? karena saya keperluan untuk survey destop terkait pemangan vsat

    ReplyDelete

Flag Counter